alm ustadz jefri
https://ceramahpanggilan.blogspot.com/2014/08/alm-ustadz-jefri.html
Sebenarnya Uje muda adalah anak yang multi talented dan termasuk cerdas di sekolahnya. Pada saat sekolah dasar di SD 07 Karang Anyar, Jefri yang saat itu kelas 3 langsung lompat kelas ke kelas 5. Hal ini dikarenakan prestasi akademiknya yang menonjol sehingga bisa “lompat kelas”. Sejak kecil beliau sangat menonjol dibidang pelajaran agama dan kesenian.
Karena beliau terlihat menonjol di pelajaran agama Islam maka setelah lulus sekolah dasar orang tuanya tak memasukkannya ke SLTP namun beliau bersama kakaknya dimasukkan ke Pesantren Modern Daar el Qolam Gintung, Balaraja, Tangerang. Sejak kecil Uje sering memenangkan lomba baca Al Qur’an atau MTQ (Musabaqah Tilawatil Qur’an) bahkan ke tingkat propinsi. Namun “ kenakalannya” membuat Uje tidak bisa menamatkan pesantrennya. Beliau hanya bisa menjadi santri selama 4 tahun sedangkan syarat lulus adalah belajar selama enam tahun. Akhirnya beliau pindah sekolah ke Madrasah Aliyah.
Masa Muda Jefri Al Buchori

Walaupun mengerti pendidikan agama Islam, Uje sering tergoda ajakan teman-temannya untuk berbuat “nakal”. Saat muda Uje sering mencicipi disko, main bilyar, mengonsumsi narkoba, mabok-mabokan dan termasuk kategori playboy. “Gue itu dulu dutanya setan di dunia”, begitu pengakuannya saat diwawancarai seputar masa mudanya oleh sebuah infotainment.
Uje mengaku bahwa ia memiliki kepribadian ganda. Kadang kuat dorongan untuk jadi orang “nakal” tetapi juga sering ingin menjadi orang baik-baik. Setamat Madrasah Aliyah yaitu sekolah lanjutan setingkat SMA, Uje melanjutkan ke Akademi Broadcasting di Rawamangun, Jakarta. Tetapi kuliahnya juga tidak kelar karena terlalu asyik dengan teman-teman nongkrongnya, bermain bilyar dan menggeluti dunia malam.
Namun sebuah kejadian spiritual saat ia dipaksa umroh oleh orang tuanya membuatnya sadar bahwa hidup yang dijalaninya selama ini adalah salah. Uje kemudian bertemu dengan Pipik Dian Irawati atau disapa Pipik. Waktu itu Pipik adalah model majalah remaja. Mereka berdua akhirnya menikah siri pada tahun 1999 dan kemudian meresmikannya 4 – 5 bulan kemudian.
Dari pernikahannya ini mereka dikaruniai 4 orang anak yaitu Adiba Khanza Az-Zahra, Mohammad Abidzar AL-Ghifari , Ayla Azuhro dan Attaya Bilal Rizkillah. Awal – awal pernikahan adalah masa yang sangat sulit bagi mereka berdua. Selain kesulitan ekonomi karena keduanya menganggur, Jefri juga dilanda kesulitan untuk melepaskan karakter jahiliyahnya. Pernah suatu ketika ia memakai narkoba di depan istrinya sendiri. Hal itu membuat Pipik dan Uminya Jefri marah besar, sampai-sampai Uminya tak amau mengakuinya sebagai anak. Padahal waktu itu Uje sudah berjanji pada uminya dan didepan jenazah Apih nya (ayahnya) bahwa dia akan berubah menjadi orang baik. Namun karena sekali lagi pengaruh teman yang jelek, ia kembali terjerembab.
Suatu malam ia bermimpi melihat jasadnya sendiri di balut kain kafan dan sedang disiksa. Setelah bangun ia ketakutan setengah mati bahkan tak berani dan takut tidur karena setiap memejamkan mata mimpi itu datang kembali. Begitu terus setiap malam. Akhirnya ia benar-benar taubat Nasuha tak ingin kembali ke perilaku jahiliyahnya. Saat itu istrinya juga sedang hamil anak pertama. Ia tak ingin jadi bapak yang “bejat” buat anak-anaknya kelak dan ia juga sudah capek dengan hidupnya yang tak karuan.
Suatu ketika kakaknya yang pertama yang biasanya diundang untuk ceramah di sekitar rumah, mendapat tawaran dari masjid di Singapura untuk menjadi imam masjid sehingga kakanya tak bisa lagi ceramah di sekitar rumahnya. Jefri yang waktu itu sudah mulai membaik dan berusaha untuk mendekatkan diri kembali pada Alloh disuruh menggantikannya. Gayungpun bersambut, Jefri melakukan tauziahnya yang pertama di daerah sekitar rumahnya. Teks ceramah pertamanya ditulis oleh istrinya sendiri, Pipik. Dari situ Uje mendapatkan honor 35 ribu yang kemudian ia berikan ke istrinya. “Ini uang halal pertama yang aku nafkahkan untukmu.” Begitu katanya waktu itu, sambil berpelukan dan berlinang airmata Pipik menerimanya.
Jalan Uje menjadi penceramah tak semulus yang dikira. Sering jamaah menolaknya karena dahulunya ia adalah tukang mabok. Pernah suatu ketika Uje menjadi imam sholat di masjid sekitar rumahnya dan jamaah langsung bubar, tak mau diimami oleh mantan “tukang mabok”. Namun Uje sadar dan tahu diri. Pelan – pelan ia memperbaiki diri, akhirnya ia mulai diterima sebagai penceramah. Stasiun televisi mulai meliriknya untuk mengisi acara rohani, baik itu tauziah ataupun menyanyi lagu rohani.
Awalnya gaya ceramah Uje sama seperti pen da’i lainnya yaitu dengan jenggot, sorban dan baju kurung serta tongkat. Namun akhirnya ia merubah penampilannya menjadi lebih gaul dengan baju koko khas anak muda dan topi gaulnya karena kebanyakan segmennya adalah remaja. Karena ke khasan gayanya ini seorang desainer busana muslim terkenal “Itang Yunaz” mendaulatnya menjadi model bagi pakaiannya. Sejak saat itu dimanapun dan kapanpun Jefri selalu menggunakan rancangan Itang Yunaz.
Rumah tangganya bersama Pipk menjadi lebih harmonis. Uje dan Pipik adalah pasangan serasi yang sering menjadi panutan. Sering mereka berdua tampil di media dengan kompak dan harmonis bersama keempat anaknya. “Itu adalah prasangka orang dan itu menjadi doa yang baik buat kita.” Begitu katanya saat dielu-elukan menjadi pasangan yang sakinah mawaddah wa rahmah. Hal lain yang menjadi ketertarikan publik dari pasangan ini adalah Uje memilih tak berpoligami. Ia memilih setia pada istrinya Pipik yang begitu sabar dan setia menemaninya di suka maupun duka. Uje begitu mengagumi istrinya ini sampai sampa ia membuat lagu yang liriknya begitu menyentuh kalbu “Bidadari Surgaku” khusus untuk istrinya yang cantik jelita. Ditanya tentang apa yang disukai Uje dari istrinya, Uje mengaku menyukai “imutnya”. “Dia tetap cantik dan imut walaupun sudah punya empat anak. Tak kelihatan seperti ibu-ibu yang sudah punya empat anak.” Begitu tuturnya.
Jefri Al Buchori Meninggal Dunia
Namun kesemuanya itu tidaklah abadi. Awal mempunyai akhir, ada hidup ada kematian. Di jum’at pagi 26 April 2013, dua minggu setelah ulang tahunnya yang ke 40, tersiarlah berita yang sangat mengejutkan publik yaitu Uje meninggal dunia karena kecelakaan tunggal saat mengendarai Motor Gede Kawasaki E 60 Bernopol B 3590 SGQ di Kawasan Pondok Indah Jakarta. Saat itu beliau sempat dilarikan ke rumah sakit Pondok Indah dan Fatmawati sebelum akhirnya dinyatakan meninggal dunia pada pukul 2 dini hari. Semua keluarga dan masyarakat begitu syok dan sangat kehilangan dengan berita ini.
Kronologi Kecelakaan Uje
Malam itu Uje beserta Adiknya, Fajar, dan Agus temannya pergi ngopi di daerah Kemang dengan mengendarai Motor Gede. Awalnya Uje memang kurang sehat namun ia tak mau dibawa kerumah sakit. Mungkin karena suntuk di rumah dan ingin sekedar mencari angin, mereka berangkat di kedai kopi biasa mereka kumpul.
Saat pulangnya, sang adik menawarkan diri untuk membonceng kakaknya namun Uje tak mau, ia ingin menaikinya sendiri.
Saat itu mereka beriring-iringan pelan-pelan bukan kebut-kebutan mengendarai Moge (motor gede). Jam 1 malam, Pas di depan rumah di JL Gedung Hijau Raya No 17, Pondok Indah. Entah karena mengantuk atau karena masih limbung dengan badannya, tahu-tahu Uje menabrak pohon Palm dan terjatuh dari motornya, sedangkan motornya sendiri tersungkur tanpa pengendara sejauh 30 meter.
Langsung Uje ditoong dengan taksi dan dibawa ke RS Podok Indah dan Fatmawati namun tak tertolong. Uje dinyatakan meninggal pukul 2 dini hari, Jumat 26 April 2013.
Adik kandung sang ustad, Fajar Sidiq menegaskan kecelakaan itu merupakan kecelakaan tunggal dan bukan karena aksi ngebut.
“Tolong digaris besarin ini murni kecelakaan tunggal bukan karena kebut-kebutan,” ungkap Fajar di rumah duka di Perumahan Bukit Mas Narmada III Bintaro, Rempoa, Tangerang, Jumat (26/4/2013).
“Kita menemani beliau ngopi-ngopi di atas motor. Pas kepulangan itu terjadi insiden tunggal, itu korbannya almarhum. Tidak ada hal apapun, tidak ada kebut-kebutan. Ini berjalan dengan normal,” tegasnya.
“Perginya memang sedikit ada kecelakaanlah di Radio Dalam. Memang kita dari Kemang sempat bilang gimana kalau kita yang handle? tapi dia bilang ‘nggak apa-apa gue sehat kok’, karena kita yakin dengan kemampuan beliau ya kita lepas,” urainya lagi.
Sedangkan Moge Kawasaki Hijau yang dikendarai Uje mengalami rusak parah dibagian depannya. Stang motor menekuk keatas dan lampu depan hancur. Body belakang juga rusak parah.
Dugaan Bahwa Uje Meninggal Di Atas Moge, Sebelum Kecelakaan
Dugaan bahwa Uje meninggal mendadak diatas Moge sebelum jatuh juga sempat terlontar dari salah satu kawan Uje yang bernama Lukman. Berikut penuturannya.
Dugaan baru menyebutkan, Ustadz Gaul tersebut meninggal mendadak dalam keadaan menyetir motor gede (moge) Kawasaki ER-6n bernopol B 3590 SGQ. Faktor meninggal mendadak itulah yang membuat kendali setir motornya oleng, sampai akhirnya menabrak pembatas pinggir jalan hingga berujung tabrakan ke pohon palem.
Pendek kata, Ustadz Jefri sudah dalam kondisi dijemput sakaratul maut sebelum sepeda motornya oleng dan menabrak pohon palem.
“Dugaan saya, Ustadz Jefri sudah lebih dahulu meninggal dunia di atas kendaraannya sehingga kendaraan tak terkendali dan menabrak pohon palem,” kata Lukman Azis Kurniawan, sahabat Uje yang juga sesama jamaah pengajian Orbit kepada Tribunnews.com, Senin (29/4/2013).
Lukman mendasarkan dugaannya itu pada beberapa alasan berikut ini:
Tidak ada tanda-tanda upaya pengereman oleh pengemudi
Lukman bertutur, tiap orang yang mengalami sakratul maut biasanya tubuhnya mengejan. “Nah saat mengejan itu gas ketarik tangan, lalu menabrak pohon,” kata Lukman.
“Apalagi di lokasi tak ada tanda upaya pengereman sebagai upaya antisipasi pengendara yang lazimnya kaget menghindari tabrakan,” sambungnya.
Kecil Kemungkinan Uje dalam Kondisi Mengantuk
Dugaan Uje mengantuk juga disebut sebagai kemungkinan kecil. Karena sang adik, Fajar Sidik, menuturkan kalau almarhum sudah beristirahat di Kemang, Jakarta Selatan. Apalagi saat istirahat Uje minum kopi yang dikenal penangkal ngantuk.
“Bila beliau mengantuk, kondisi gas stabil atau mengendur. Tidak menabrak sangat kencang seperti dibenarkan polisi,” tutur Lukman.
Uje Tidak Mungkin Ngebut
Lukman juga meyakini almarhum Uje tidak mungkin dalam kondisi mengebut sebelum kecelakaan terjadi.
Sebab, Uje sudah dua kali hampir jatuh di kawasan Radio Dalam sebelum akhirnya benar-benar mengalami kecelakaan di Pondok Indah.
“Pengalaman sebelumnya dua kali hampir terjatuh di kawasan Radio Dalam lazimnya semakin membuat Uje makin pelan memacu sepeda motornya.”
Lukman mendasarkan keyakinan Uje tidak dalam kondisi ngebut itu berdasar kesaksian penyanyi Agus Idward (personel grup nasyid Snada) yang ikut dalam konvoi motor bersama Uje dari Kemang ke Pondok Indah.
Agus Idward kepada Lukman bertutur, Uje malam itu menempuh perjalanan 1,5 jam dari Kemang ke Pondok Indah. Ini waktu tempuh yang relatif lama, apalagi jarak Kemang dan Pondok Indah terbilang tidak terlalu jauh ditambah kondisi perjalanan lepas tengah malam yang kecil kemungkinan terjebak macet.
“Dugaan kuat saya, beliau memacu kendaraan justru pelan, tapi karena meninggal mendadak di atas sepeda motor, tubuhnya mengejan dan gasnya otomatis tertarik. Itu yang membuat tabrakan amat kencang ke pohon palem,” tuturnya, seolah berhipotesa.
Mengenai adanya rerumputan yang terkoyak di taman dekat pohon palem, Lukman melihatnya itu bukan sebagai tanda upaya pengereman.
Kalau memang Uje sudah meninggal sebelum menabrak pohon palem, lantas mengapa almarhum dibawa ke Rumah Sakit Pondok Indah? Mengapa tidak langsung diotopsi di Rumah Sakit Fatmawati?
“Karena waktu itu Agus Idward juga belum yakin apakah kondisi Uje sudah meninggal atau masih bisa ditolong,” tutur Lukman.
Lukman merasa perlu melontarkan dugaan baru penyebab kecelakaan Ustadz Jefri itu karena ia terusik dengan santernya spekulasi yang menyebut almarhum mengantuk dan ngebut mengemudi sepeda motornya. “Rasa-rasanya tidak mungkin,” imbuhnya.
Apakah Ustadz yang berduet dengan Pasha Ungu itu mengalami serangan jantung yang membuatnya meninggal mendadak? “Nah, kalau itu saya tak berani ambil kesimpulan, karena saya bukan ahli medis,” tuturnya. Wallohu’alam Bishowwab.
Firasat Uje Sebelum Meninggal Dunia
Sebenarnya Uje sepertinya sudah merasa bahwa dirinya akan berpulang. Hal ini terungkap dari pesan singkat di blackberry tiga hari sebelum beliau meninggal yang berisi permohonan maafnya keseluruh masyarakat, ia juga menegaskan bahwa nomor blackberrynya sudah tak diaktifkan lagi. Berikut isinya "Mohon maaf BB ini tidak aktif, sekali lagi mohon maaf lahir bathin," Secara tak sengaja blackberry beliau juga kecebur kolam sehingga rusak.
Fajar sang adik juga diamanahi jika suatu saat meninggal Uje ingin dimakamkan di dekat Apihnya (ayahnya). "Beliau sempat amanat ke saya pas ziarah terakhir, waktu mau umroh kemarin. Beliau bilang 'kalau gue mati, gue mau deket sama Apih (sebutan ayah, red)," tutur sang Adik Fajar, di rumah duka kawasan Bintaro, Tangerang Selatan.
Tak hanya itu, ia pun sempat berpesan kepada sahabatnya Ustad Solmed dengan memberikan cincin dan sebuah peci milik Uje beberapa waktu yang lalu. Setelah memberikan kedua barang tersebut, almarhum pun meminta Ustad Solmed untuk melanjutkan karier dakwahnya.
"Saya sempat dikasih cincin sama dikasih peci yang baru dia pakai. Terus, dia minta saya untuk lanjutin dakwahnya," ungkapnya. Rupanya, itu amanat dari beliau terakhir kalinya. Mendapat amanah tersebut, Ustad Solmed mengaku sempat terkejut. "Ya saya bilang, 'ente jangan begitu, namanya berdakwah nggak boleh berhenti'," ujarnya seraya mengingatkan sang sohib.
Menurut Fajar, Uje sempat bilang dirinya ingin beristirahat sejenak dari dunia dakwah."Gue mau istirahat, ceramah udah capek," ungkap Fajar menirukan ucapan Uje seraya berkaca-kaca.
Sang istri, Pipik Dian Irawati pun pernah diberikan pertanda oleh suami tercintanya. Pipik yang terlihat tegar itu menceritakan, ia pernah diminta untuk latihan memandikan jenazah oleh pria yang akrab disapa Uje tersebut.
"Memang kemarin siang itu kita tiduran berdua, dia bilang, yuk Mi, latihan mandiin jenazah. Nggak mau ah. Terus dia bilang gak apa-apa, Umi biar hafal. Terus saya tanya, yang jadi modelnya siapa? Dia bilang Abi aja. Terus saya bilang, kita berdua aja jadi modelnya," tuturnya saat ditemui di kediamannya di kawasan Rempoa, Bintaro, Tangerang.
Beberapa hari sebelum meninggal, Uminya juga sering mendengar Uje mengatakan bahwa ia akan “Jatuh Tempo”. Saat itu Uminya tak mengerti maksud ucapan anaknya namun setelah kejadian itu uminya baru tahu bahwa maksud dari “jatuh tempo” adalah umur Uje.
Uje juga menulis di Twitternya seperti berikut ini “ Pada akhirnya... semua akan menemukan yg namanya titik jenuh...Dan pada saat itu...Kembali adalah yg terbaik...Kembali pada siapa...?Kepada “DIA” pastinya...Bismi_Ka Allohumma ahya wa amuut...”Berikut ini Biografi alm ustadz jefri
Jefri Al Buchori atau Ustad Jefri atau Uje dilahirkan di Jakarta pada tanggal 12 April 1973 dari seorang ayah dan ibu yang bernama Ismail Modal (Alm) dan Tatu Mulyana. Jefri adalah anak “tengah” atau anak ke 3 dari lima bersaudara. Jefri besar di lingkungan keluarga yang sangat religius namun sayangnya tempat tinggalnya berdekatan dengan diskotek dan ia salah memilih teman sehingga saat muda beliau sempat terjerembab dalam “dunia hitam”. Ada yang mengatakan “Anak tengah biasanya nakal”. Entah benar atau kebetulan pemikiran itu yang jelas Jefri muda sangat dekat dengan yang namanya “dosa”. Mabok, bolos sekolah, ke diskotek, membangkang pada orang tua, bahkan ia sempat menjadi pecandu narkoba kelas berat.
Sumber:http://biografi-orang-sukses-dunia.blogspot.com
Karena beliau terlihat menonjol di pelajaran agama Islam maka setelah lulus sekolah dasar orang tuanya tak memasukkannya ke SLTP namun beliau bersama kakaknya dimasukkan ke Pesantren Modern Daar el Qolam Gintung, Balaraja, Tangerang. Sejak kecil Uje sering memenangkan lomba baca Al Qur’an atau MTQ (Musabaqah Tilawatil Qur’an) bahkan ke tingkat propinsi. Namun “ kenakalannya” membuat Uje tidak bisa menamatkan pesantrennya. Beliau hanya bisa menjadi santri selama 4 tahun sedangkan syarat lulus adalah belajar selama enam tahun. Akhirnya beliau pindah sekolah ke Madrasah Aliyah.
Masa Muda Jefri Al Buchori

Walaupun mengerti pendidikan agama Islam, Uje sering tergoda ajakan teman-temannya untuk berbuat “nakal”. Saat muda Uje sering mencicipi disko, main bilyar, mengonsumsi narkoba, mabok-mabokan dan termasuk kategori playboy. “Gue itu dulu dutanya setan di dunia”, begitu pengakuannya saat diwawancarai seputar masa mudanya oleh sebuah infotainment.
Uje mengaku bahwa ia memiliki kepribadian ganda. Kadang kuat dorongan untuk jadi orang “nakal” tetapi juga sering ingin menjadi orang baik-baik. Setamat Madrasah Aliyah yaitu sekolah lanjutan setingkat SMA, Uje melanjutkan ke Akademi Broadcasting di Rawamangun, Jakarta. Tetapi kuliahnya juga tidak kelar karena terlalu asyik dengan teman-teman nongkrongnya, bermain bilyar dan menggeluti dunia malam.
Namun sebuah kejadian spiritual saat ia dipaksa umroh oleh orang tuanya membuatnya sadar bahwa hidup yang dijalaninya selama ini adalah salah. Uje kemudian bertemu dengan Pipik Dian Irawati atau disapa Pipik. Waktu itu Pipik adalah model majalah remaja. Mereka berdua akhirnya menikah siri pada tahun 1999 dan kemudian meresmikannya 4 – 5 bulan kemudian.
Dari pernikahannya ini mereka dikaruniai 4 orang anak yaitu Adiba Khanza Az-Zahra, Mohammad Abidzar AL-Ghifari , Ayla Azuhro dan Attaya Bilal Rizkillah. Awal – awal pernikahan adalah masa yang sangat sulit bagi mereka berdua. Selain kesulitan ekonomi karena keduanya menganggur, Jefri juga dilanda kesulitan untuk melepaskan karakter jahiliyahnya. Pernah suatu ketika ia memakai narkoba di depan istrinya sendiri. Hal itu membuat Pipik dan Uminya Jefri marah besar, sampai-sampai Uminya tak amau mengakuinya sebagai anak. Padahal waktu itu Uje sudah berjanji pada uminya dan didepan jenazah Apih nya (ayahnya) bahwa dia akan berubah menjadi orang baik. Namun karena sekali lagi pengaruh teman yang jelek, ia kembali terjerembab.
Suatu malam ia bermimpi melihat jasadnya sendiri di balut kain kafan dan sedang disiksa. Setelah bangun ia ketakutan setengah mati bahkan tak berani dan takut tidur karena setiap memejamkan mata mimpi itu datang kembali. Begitu terus setiap malam. Akhirnya ia benar-benar taubat Nasuha tak ingin kembali ke perilaku jahiliyahnya. Saat itu istrinya juga sedang hamil anak pertama. Ia tak ingin jadi bapak yang “bejat” buat anak-anaknya kelak dan ia juga sudah capek dengan hidupnya yang tak karuan.
Suatu ketika kakaknya yang pertama yang biasanya diundang untuk ceramah di sekitar rumah, mendapat tawaran dari masjid di Singapura untuk menjadi imam masjid sehingga kakanya tak bisa lagi ceramah di sekitar rumahnya. Jefri yang waktu itu sudah mulai membaik dan berusaha untuk mendekatkan diri kembali pada Alloh disuruh menggantikannya. Gayungpun bersambut, Jefri melakukan tauziahnya yang pertama di daerah sekitar rumahnya. Teks ceramah pertamanya ditulis oleh istrinya sendiri, Pipik. Dari situ Uje mendapatkan honor 35 ribu yang kemudian ia berikan ke istrinya. “Ini uang halal pertama yang aku nafkahkan untukmu.” Begitu katanya waktu itu, sambil berpelukan dan berlinang airmata Pipik menerimanya.
Jalan Uje menjadi penceramah tak semulus yang dikira. Sering jamaah menolaknya karena dahulunya ia adalah tukang mabok. Pernah suatu ketika Uje menjadi imam sholat di masjid sekitar rumahnya dan jamaah langsung bubar, tak mau diimami oleh mantan “tukang mabok”. Namun Uje sadar dan tahu diri. Pelan – pelan ia memperbaiki diri, akhirnya ia mulai diterima sebagai penceramah. Stasiun televisi mulai meliriknya untuk mengisi acara rohani, baik itu tauziah ataupun menyanyi lagu rohani.
Awalnya gaya ceramah Uje sama seperti pen da’i lainnya yaitu dengan jenggot, sorban dan baju kurung serta tongkat. Namun akhirnya ia merubah penampilannya menjadi lebih gaul dengan baju koko khas anak muda dan topi gaulnya karena kebanyakan segmennya adalah remaja. Karena ke khasan gayanya ini seorang desainer busana muslim terkenal “Itang Yunaz” mendaulatnya menjadi model bagi pakaiannya. Sejak saat itu dimanapun dan kapanpun Jefri selalu menggunakan rancangan Itang Yunaz.
Rumah tangganya bersama Pipk menjadi lebih harmonis. Uje dan Pipik adalah pasangan serasi yang sering menjadi panutan. Sering mereka berdua tampil di media dengan kompak dan harmonis bersama keempat anaknya. “Itu adalah prasangka orang dan itu menjadi doa yang baik buat kita.” Begitu katanya saat dielu-elukan menjadi pasangan yang sakinah mawaddah wa rahmah. Hal lain yang menjadi ketertarikan publik dari pasangan ini adalah Uje memilih tak berpoligami. Ia memilih setia pada istrinya Pipik yang begitu sabar dan setia menemaninya di suka maupun duka. Uje begitu mengagumi istrinya ini sampai sampa ia membuat lagu yang liriknya begitu menyentuh kalbu “Bidadari Surgaku” khusus untuk istrinya yang cantik jelita. Ditanya tentang apa yang disukai Uje dari istrinya, Uje mengaku menyukai “imutnya”. “Dia tetap cantik dan imut walaupun sudah punya empat anak. Tak kelihatan seperti ibu-ibu yang sudah punya empat anak.” Begitu tuturnya.
Jefri Al Buchori Meninggal Dunia
Namun kesemuanya itu tidaklah abadi. Awal mempunyai akhir, ada hidup ada kematian. Di jum’at pagi 26 April 2013, dua minggu setelah ulang tahunnya yang ke 40, tersiarlah berita yang sangat mengejutkan publik yaitu Uje meninggal dunia karena kecelakaan tunggal saat mengendarai Motor Gede Kawasaki E 60 Bernopol B 3590 SGQ di Kawasan Pondok Indah Jakarta. Saat itu beliau sempat dilarikan ke rumah sakit Pondok Indah dan Fatmawati sebelum akhirnya dinyatakan meninggal dunia pada pukul 2 dini hari. Semua keluarga dan masyarakat begitu syok dan sangat kehilangan dengan berita ini.
Kronologi Kecelakaan Uje
Malam itu Uje beserta Adiknya, Fajar, dan Agus temannya pergi ngopi di daerah Kemang dengan mengendarai Motor Gede. Awalnya Uje memang kurang sehat namun ia tak mau dibawa kerumah sakit. Mungkin karena suntuk di rumah dan ingin sekedar mencari angin, mereka berangkat di kedai kopi biasa mereka kumpul.
Saat pulangnya, sang adik menawarkan diri untuk membonceng kakaknya namun Uje tak mau, ia ingin menaikinya sendiri.
Saat itu mereka beriring-iringan pelan-pelan bukan kebut-kebutan mengendarai Moge (motor gede). Jam 1 malam, Pas di depan rumah di JL Gedung Hijau Raya No 17, Pondok Indah. Entah karena mengantuk atau karena masih limbung dengan badannya, tahu-tahu Uje menabrak pohon Palm dan terjatuh dari motornya, sedangkan motornya sendiri tersungkur tanpa pengendara sejauh 30 meter.
Langsung Uje ditoong dengan taksi dan dibawa ke RS Podok Indah dan Fatmawati namun tak tertolong. Uje dinyatakan meninggal pukul 2 dini hari, Jumat 26 April 2013.
Adik kandung sang ustad, Fajar Sidiq menegaskan kecelakaan itu merupakan kecelakaan tunggal dan bukan karena aksi ngebut.
“Tolong digaris besarin ini murni kecelakaan tunggal bukan karena kebut-kebutan,” ungkap Fajar di rumah duka di Perumahan Bukit Mas Narmada III Bintaro, Rempoa, Tangerang, Jumat (26/4/2013).
“Kita menemani beliau ngopi-ngopi di atas motor. Pas kepulangan itu terjadi insiden tunggal, itu korbannya almarhum. Tidak ada hal apapun, tidak ada kebut-kebutan. Ini berjalan dengan normal,” tegasnya.
“Perginya memang sedikit ada kecelakaanlah di Radio Dalam. Memang kita dari Kemang sempat bilang gimana kalau kita yang handle? tapi dia bilang ‘nggak apa-apa gue sehat kok’, karena kita yakin dengan kemampuan beliau ya kita lepas,” urainya lagi.
Sedangkan Moge Kawasaki Hijau yang dikendarai Uje mengalami rusak parah dibagian depannya. Stang motor menekuk keatas dan lampu depan hancur. Body belakang juga rusak parah.
Dugaan Bahwa Uje Meninggal Di Atas Moge, Sebelum Kecelakaan
Dugaan bahwa Uje meninggal mendadak diatas Moge sebelum jatuh juga sempat terlontar dari salah satu kawan Uje yang bernama Lukman. Berikut penuturannya.
Dugaan baru menyebutkan, Ustadz Gaul tersebut meninggal mendadak dalam keadaan menyetir motor gede (moge) Kawasaki ER-6n bernopol B 3590 SGQ. Faktor meninggal mendadak itulah yang membuat kendali setir motornya oleng, sampai akhirnya menabrak pembatas pinggir jalan hingga berujung tabrakan ke pohon palem.
Pendek kata, Ustadz Jefri sudah dalam kondisi dijemput sakaratul maut sebelum sepeda motornya oleng dan menabrak pohon palem.
“Dugaan saya, Ustadz Jefri sudah lebih dahulu meninggal dunia di atas kendaraannya sehingga kendaraan tak terkendali dan menabrak pohon palem,” kata Lukman Azis Kurniawan, sahabat Uje yang juga sesama jamaah pengajian Orbit kepada Tribunnews.com, Senin (29/4/2013).
Lukman mendasarkan dugaannya itu pada beberapa alasan berikut ini:
Tidak ada tanda-tanda upaya pengereman oleh pengemudi
Lukman bertutur, tiap orang yang mengalami sakratul maut biasanya tubuhnya mengejan. “Nah saat mengejan itu gas ketarik tangan, lalu menabrak pohon,” kata Lukman.
“Apalagi di lokasi tak ada tanda upaya pengereman sebagai upaya antisipasi pengendara yang lazimnya kaget menghindari tabrakan,” sambungnya.
Kecil Kemungkinan Uje dalam Kondisi Mengantuk
Dugaan Uje mengantuk juga disebut sebagai kemungkinan kecil. Karena sang adik, Fajar Sidik, menuturkan kalau almarhum sudah beristirahat di Kemang, Jakarta Selatan. Apalagi saat istirahat Uje minum kopi yang dikenal penangkal ngantuk.
“Bila beliau mengantuk, kondisi gas stabil atau mengendur. Tidak menabrak sangat kencang seperti dibenarkan polisi,” tutur Lukman.
Uje Tidak Mungkin Ngebut
Lukman juga meyakini almarhum Uje tidak mungkin dalam kondisi mengebut sebelum kecelakaan terjadi.
Sebab, Uje sudah dua kali hampir jatuh di kawasan Radio Dalam sebelum akhirnya benar-benar mengalami kecelakaan di Pondok Indah.
“Pengalaman sebelumnya dua kali hampir terjatuh di kawasan Radio Dalam lazimnya semakin membuat Uje makin pelan memacu sepeda motornya.”
Lukman mendasarkan keyakinan Uje tidak dalam kondisi ngebut itu berdasar kesaksian penyanyi Agus Idward (personel grup nasyid Snada) yang ikut dalam konvoi motor bersama Uje dari Kemang ke Pondok Indah.
Agus Idward kepada Lukman bertutur, Uje malam itu menempuh perjalanan 1,5 jam dari Kemang ke Pondok Indah. Ini waktu tempuh yang relatif lama, apalagi jarak Kemang dan Pondok Indah terbilang tidak terlalu jauh ditambah kondisi perjalanan lepas tengah malam yang kecil kemungkinan terjebak macet.
“Dugaan kuat saya, beliau memacu kendaraan justru pelan, tapi karena meninggal mendadak di atas sepeda motor, tubuhnya mengejan dan gasnya otomatis tertarik. Itu yang membuat tabrakan amat kencang ke pohon palem,” tuturnya, seolah berhipotesa.
Mengenai adanya rerumputan yang terkoyak di taman dekat pohon palem, Lukman melihatnya itu bukan sebagai tanda upaya pengereman.
Kalau memang Uje sudah meninggal sebelum menabrak pohon palem, lantas mengapa almarhum dibawa ke Rumah Sakit Pondok Indah? Mengapa tidak langsung diotopsi di Rumah Sakit Fatmawati?
“Karena waktu itu Agus Idward juga belum yakin apakah kondisi Uje sudah meninggal atau masih bisa ditolong,” tutur Lukman.
Lukman merasa perlu melontarkan dugaan baru penyebab kecelakaan Ustadz Jefri itu karena ia terusik dengan santernya spekulasi yang menyebut almarhum mengantuk dan ngebut mengemudi sepeda motornya. “Rasa-rasanya tidak mungkin,” imbuhnya.
Apakah Ustadz yang berduet dengan Pasha Ungu itu mengalami serangan jantung yang membuatnya meninggal mendadak? “Nah, kalau itu saya tak berani ambil kesimpulan, karena saya bukan ahli medis,” tuturnya. Wallohu’alam Bishowwab.
Firasat Uje Sebelum Meninggal Dunia
Sebenarnya Uje sepertinya sudah merasa bahwa dirinya akan berpulang. Hal ini terungkap dari pesan singkat di blackberry tiga hari sebelum beliau meninggal yang berisi permohonan maafnya keseluruh masyarakat, ia juga menegaskan bahwa nomor blackberrynya sudah tak diaktifkan lagi. Berikut isinya "Mohon maaf BB ini tidak aktif, sekali lagi mohon maaf lahir bathin," Secara tak sengaja blackberry beliau juga kecebur kolam sehingga rusak.
Fajar sang adik juga diamanahi jika suatu saat meninggal Uje ingin dimakamkan di dekat Apihnya (ayahnya). "Beliau sempat amanat ke saya pas ziarah terakhir, waktu mau umroh kemarin. Beliau bilang 'kalau gue mati, gue mau deket sama Apih (sebutan ayah, red)," tutur sang Adik Fajar, di rumah duka kawasan Bintaro, Tangerang Selatan.
Tak hanya itu, ia pun sempat berpesan kepada sahabatnya Ustad Solmed dengan memberikan cincin dan sebuah peci milik Uje beberapa waktu yang lalu. Setelah memberikan kedua barang tersebut, almarhum pun meminta Ustad Solmed untuk melanjutkan karier dakwahnya.
"Saya sempat dikasih cincin sama dikasih peci yang baru dia pakai. Terus, dia minta saya untuk lanjutin dakwahnya," ungkapnya. Rupanya, itu amanat dari beliau terakhir kalinya. Mendapat amanah tersebut, Ustad Solmed mengaku sempat terkejut. "Ya saya bilang, 'ente jangan begitu, namanya berdakwah nggak boleh berhenti'," ujarnya seraya mengingatkan sang sohib.
Menurut Fajar, Uje sempat bilang dirinya ingin beristirahat sejenak dari dunia dakwah."Gue mau istirahat, ceramah udah capek," ungkap Fajar menirukan ucapan Uje seraya berkaca-kaca.
Sang istri, Pipik Dian Irawati pun pernah diberikan pertanda oleh suami tercintanya. Pipik yang terlihat tegar itu menceritakan, ia pernah diminta untuk latihan memandikan jenazah oleh pria yang akrab disapa Uje tersebut.
"Memang kemarin siang itu kita tiduran berdua, dia bilang, yuk Mi, latihan mandiin jenazah. Nggak mau ah. Terus dia bilang gak apa-apa, Umi biar hafal. Terus saya tanya, yang jadi modelnya siapa? Dia bilang Abi aja. Terus saya bilang, kita berdua aja jadi modelnya," tuturnya saat ditemui di kediamannya di kawasan Rempoa, Bintaro, Tangerang.
Beberapa hari sebelum meninggal, Uminya juga sering mendengar Uje mengatakan bahwa ia akan “Jatuh Tempo”. Saat itu Uminya tak mengerti maksud ucapan anaknya namun setelah kejadian itu uminya baru tahu bahwa maksud dari “jatuh tempo” adalah umur Uje.
Uje juga menulis di Twitternya seperti berikut ini “ Pada akhirnya... semua akan menemukan yg namanya titik jenuh...Dan pada saat itu...Kembali adalah yg terbaik...Kembali pada siapa...?Kepada “DIA” pastinya...Bismi_Ka Allohumma ahya wa amuut...”Berikut ini Biografi alm ustadz jefri
Jefri Al Buchori atau Ustad Jefri atau Uje dilahirkan di Jakarta pada tanggal 12 April 1973 dari seorang ayah dan ibu yang bernama Ismail Modal (Alm) dan Tatu Mulyana. Jefri adalah anak “tengah” atau anak ke 3 dari lima bersaudara. Jefri besar di lingkungan keluarga yang sangat religius namun sayangnya tempat tinggalnya berdekatan dengan diskotek dan ia salah memilih teman sehingga saat muda beliau sempat terjerembab dalam “dunia hitam”. Ada yang mengatakan “Anak tengah biasanya nakal”. Entah benar atau kebetulan pemikiran itu yang jelas Jefri muda sangat dekat dengan yang namanya “dosa”. Mabok, bolos sekolah, ke diskotek, membangkang pada orang tua, bahkan ia sempat menjadi pecandu narkoba kelas berat.
Sumber:http://biografi-orang-sukses-dunia.blogspot.com